The time has come...
Pagi ini membuka mata dan menyadari saatnya tiba, saat dimana laki-laki yang baru saja singgah itu harus menjemput mimpinya ke satu daerah nun jauh disana, daerah antah berantah.
Saya memutuskan menyusulnya ke bandara, entah buat apa...saya hanya ingin bertemu dengannya sebelum ia terbang. Saya tau alat komunikasi sudah sedemikian canggih saat ini, jarak juga bukan sesuatu hal berat semua sudah menjadi semakin dekat karena jaman. Tapi buat saya, hidup di dua tempat berbeda tidak menjanjikan percakapan yang nyaman saat pertemuan, tidak bisa menyamakan nikmatnya berada di satu tempat ketika harus berbagi sayang dan banyak missing link yang akan terjadi.
Alasan itulah yang membuat saya memutuskan mengantarnya walaupun hanya sampai pintu keberangkatan
Romantis?
Bukan, bukan romantis...tidak juga sweet, buat saya itu bagian dari keinginan hati menutup hal ajaib yang belakangan terjadi. Kalau dia bisa tiba-tiba muncul, menjadi sahabat bbm, menjadi kawan bicara di telepon dan menjadi partner nonton dan makan, mengapa saya ngga bisa menjadi teman kejutannya yang menemaninya di bandara menikmati teh hangat, milo dingin dan krim sup saya sampai saatnya masuk gerbang keberangkatan?
Dan saya menutupnya dengan jabatan tangan dan pelukan hangat setelahnya
Tanpa airmata apalagi tangis, tanpa sepatah katapun hanya pelukan bersahabat dan ucapan salam. Saya bahkan tidak lagi sempat melihat sekeliling ketika kami berangkulan, tanpa lagi menengok ke belakang sesudahnya dan terus berjalan keluar untuk mencari taxi kembali ke kantor.
Saya berhasil melepasnya pergi...
Aneh...saya merasa saya harus mengantarnya dan menuntaskan perasaan saya. Im expect nothing
At least kalau komunikasi ini tidak lagi berjalan baik, dan kami menjadi sehambar sayur tanpa garam dalam periode waktu kemuka saya ngga akan pernah menyesalinya. Saya tau sang pemilik skenario hidup punya rencana terbaikNya, dengan atau tanpa saya ucapkan
Sekarang saya bingung, kalau saya rindu, bagaimana ceritanya ya...:)
No comments:
Post a Comment