Sepertinya kita memang terlahir tidak hanya sebagai diri kita sendiri. Ada manusia lain yang tuhan ciptakan serupa hanya entah dimana keberadaannya.
Saya merasakannya...
Laki-laki ini datang dalam bentuk jejaring obrolan sosial yang dihubungkan oleh sepasang teman, jejaring yang diciptakan salah satu creator handheld sejenis buah-buahan hitam yang trend sekarang. Kami menjadi teman karenanya...
Obrolan dalam ruang publik berubah menjadi ruang terpisah tersendiri. Memisahkan diri dari ruang publik sebelumnya untuk sedikit mengobrol lala lili lebih privacy. Saya merasa kami terkoneksi dengan baik secara kata-kata, secara tawa dan secara canda. Dan sesekali kami tetap mengisi obrolan di ruang publik seolah belum ada ruang terpisah yang kami buat.
I never been feel so comfort after the last romance things end.
Saya membuka diri...
Tidak juga terbuka tapi sedikit lebih baik dari sebelumnya, masih terjebak antara ragu dan trauma akan kejadian yang sudah. Tiba-tiba saya merasa jauh lebih ikhlas dan ringan dengan obrolan yang tercipta diantara kami, no expectation
Call me stupid...
Tapi dari awal saya sudah tidak mau terlalu banyak berharap, saya lelah menjadi kecewa
Saya cuma berdoa, andai ini orangnya tolong mudahkan jalan saya tapi jika memang bukan saya cuma mau segera selesaikan biar saya bisa menerima orang lain yang tepat buat saya. Dan saya memintanya dalam doa dengan penuh keyakinan, jika dia milik saya dia akan untuk saya.
He's nice
Ah, first impression memang seharusnya begitu kan?
Kami bertukar PIN, saling add jejaring sosial dan mulai saling menimpali sampai he asked my phone number. Entah saya yang memang tidak berharap banyak atau saya memang lupa caranya, saat dia meminta no telp genggam dan dengan polosnya saya beri tanpa meminta atau menanyakan balik berapa no hp nya...ah! Dan kami bicara satu kali di telepon dengan dia sebagai inisiator.
Saya suka caranya yang ngga tahu malu meminta saya untuk menanyakan no hp nya saat itu...
Komunikasi kami belum banyak, percakapan kami standar dan kami masih memasang selaput tipis akan cerita hidup masing-masing. No problem buat saya, sekali lagi saya menyerahkan segalanya kepada sang Takdir tanpa memaksa.
Dua malam yang lalu he texted me, lewat bbm...
Di menit kesepuluh tiba-tiba dia bertanya apakah ada acara di hari minggu ini? Dia berniat mengajak saya menghadiri akad nikah temannya di Bogor. Saya tersentak, bagaimana bisa? bertemupun belum dan dia seyakin itu mengajak saya pergi, akad nikah pulak. Saya menolak dengan sejuta cara...
Dan dia tidak kecewa, tetap dengan kelucuannya melanjutkan cerita
Saya bilang " kamu yakin ngajak saya? kita kan belum pernah ketemu? dan saya bukan tipe orang yang mau datang menemui seseorang yang baru saya kenal sendirian, call me noraklah"
Dengan santainya dia menjawab dan melewatkan penolakan itu tanpa jengah dan hei, saya juga ngga ilfil kok jadinya.
" Saya juga ngga suka kok ketemuan sendiri sama orang yang baru saya kenal, tadinya kalau kamu mau saya mo ajak ayah dan ibu saya" dan saya mau pingsan rasanya:)
Saya suka caranya mencairkan suasana
Semalam saya beranikan diri menghubunginya, menekan nomornya dan bicara
Tuhan...saya seperti kembali ke 10 tahun yang lalu, suaranya, cara dia tertawa dan cara dia bicara dengan logat khasnya mengingatkan saya pada seseorang dari masa lalu. Seseorang yang tidak pernah memutus tali silaturahminya dengan saya sampai saat ini. Inikah yang disebut "kebetulan" atau memang seperti itu yang tertulis dalam skenarioMu?
Di balik cerita kami yang belum pernah bertemu muka saya menganggap ini ajaib dan menakjubkan.
Sekarang sejuta pertanyaan di kepala saya akan kelanjutan cerita ini, saya ngga mau terlalu menanggapinya.
Biarkan dia mengendap di kepala sampai semuanya terjawab
Will it be or not...
Let God do the rest *saya pasrah*
*kemungkinannya cuma dua ketika kami bertemu, kami melengkapi kecocokan yang sudah lebih dulu ada atau kami malah membuyarkan semua hal indah yang sudah terjadi sebelumnya..only God knows*
No comments:
Post a Comment